Archive for May 11th, 2010

h1

Suzuki Titan Terinspirasi Moge GSX-R

11/05/2010

Suzuki Titan

Masyarakat Indonesia cenderung lebih suka motor bergaya racing, itulah yang coba ditangkap Suzuki.

Dengan terinspirasi dari motor gede racing Suzuki GSX-R, bebek underbone Titan pun mencoba menangkap peluang itu.

Hal tersebut disampaikan Direktur Marketing PT Suzuki Indomobil Sales Setiawan Surya dalam media gathering di kompleks Candi Prambanan Yogyakarta, Selasa (11/5/2010).

“Motor ini jauh lebih lengkap, motor fungsional tetapi sporty,” ujarnya.

Setidaknya desain sayap berlapis pada Titan menjiplak dari GSX-R.

Desain sporty juga terlihat pada speedometer 3 dimensi, gear indikator yang jarang dimiliki motor underbone dengan segmen bawah dan knalpot yang dilengkapi aluminium plating

source : http://us.oto.detik.com/read/2010/05/11/175822/1355460/648/suzuki-titan-terinspirasi-moge-gsx-r?o991102638

h1

Tanda Pengenal Ranger Pulsarian (Peneng) Resmi Berlaku

11/05/2010

Dear Brothers and Sisters,

Bersama ini diberitahukan, bahwa pada hari Minggu tanggal 2 Mei 2010
Pengurus Pusat, telah mengeluarkan Peraturan Organisasi baru sebagai
pengganti Peraturan Organisasi lama tentang Lambang dan Atribut
Resmi.

Peratusan ini dikeluarkan secara resmi dipublikasikan di
Bandung melalui SK Nomor No. 016.09/PP.00/04.2010 sebagai pengganti SK Nomor 003.09/PP.00/12.2008.

Peraturan ini secara sah dinyatakan berlaku. Pernyataan pengesahan disaksikan oleh beberapa Ranger PRA JAKARTA dan puluhan Ranger PRA Bandung  dimana pada hari yang sama mengadakan acara pelantikan rookie PRA Bandung (Ranger Inaguration Day – RID angkatan ke VIII). Saat ini penggunaan Peneng sudah resmi berlaku bagi anggota pulsarian (Rangers).

Peraturan Organisasi baru ini akan berjalan seiring dengan ProjectPemutihan Ranger yang sekiranya akan dilaksanakan secara nasional. Sebuah momen seleksi untuk melihat manakah Ranger yang aktif dan tidak atau bahkan sudah keluar dari keaggotaan Pulsarian. Jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai pemberlakuan peneng ini,bisa mengirimkan surat elektronik ke sekretariat@pulsarian.or.id.


best regards,
Ruben Alexander Riupassa (Sekretaris Umum)

SQUAD#989

h1

KEPAKKAN SAYAP JIWAMU

11/05/2010

Musim hujan kian dekat akan berlalu, meninggalkan berbagai wajah cerita. Dan kemarau akan segera mengisi  kisi-kisi hari. panas terik dan debu adalah muatan dalam perjalanannya. debu kering mengangkut gersang disebarkan ke penghuni semesta. debu-debu berjalan pelan, lalu berlari seperti badai, menelusup sudut-sudut sempit dedauan yang didera haus.

Ketika kemarau meradang, banyak yang mengeluh. Tak hanya manusia, tapi juga hewan dan tumbuhan. Apakah manusia juga seperti itu? yang tersering terdengar adalah ah…kemarau ini sungguh panas!

Dan kemarau akan kembali berganti musim penghujan. Banyak awan mendung yang kian rindu menumpahkan deras air ke bumi. Hujan memberikan kesejukan, mengobati dahaga bumi.. Dan alam akan memberikan peringatan dalam wajah: tanah longsor, banjir, badai, dll

Hendaknya pergantian hari, pergantian bulan, pergantian musim; menjadikan bahan untuk berpikir dan merenungkan kehidupan. Dengan merenung, kembali ke dalam, menyelam ke jiwa; diharapkan akan terbit satu sikap arif bijaksana. Arif dalam bersahabat dengan alam, bijaksana dalam memesrai kehidupan.

h1

MENGAPA ANAKKU TAK BISA KONSENTRASI?

11/05/2010

“ Rida berusia 7 tahun, saat ini ia duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Orang tuanya sering kali mendapatkan masukan dan laporan dari gurunya bahwa ia sering kali jalan-jalan di kelas, Rida lebih banyak berdiri dan tidak focus pada pekerjaan sekolahnya. Orang tuanya pun mengakui bahwa di rumah pun Rida seperti itu, Rida sering kali berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang yang hanya beberapa menit kemudian ia sudah beralih pada permainan yang lain. Sehingga, kondisi ini mempengaruhi prestasinya di sekolah. Rida sering kali sulit sekali dikontrol, ia sering mengabaikan apa yang Mamanya katakan”

Kasus Rida diatas adalah salah satu kasus yang terjadi pada anak-anak. Kadang kala sebagai orang dewasa, jika kita memperhatikan seorang anak yang berganti-ganti aktivitas kita memiliki asumsi bahwa anak itu mengalami kebosanan. Namun, perlu diperhatikan lebih seksama lagi apakah memang anak itu bosan atau ada hal lain yang terjadi padanya. Ketidakmampuan anak untuk menaruh perhatian terhadap berbagai aktivitas tentunya ini dapat menghampat perkembangan akademik dan perkembangan sosial anak. Hal ini dapat terjadi karena ia tidak dapat menyelesaikan tugas dengan penuh perhatian dan proses belajar yang terganggu. Oleh sebab itu sangat penting jika orang tua maupun pendidik dapat melakukan deteksi atau mengetahui lebih awal yang terjadi pada anak sehingga dapat dilakukan penanganan dengan tepat. Pada kasus Rida dan yang akan kita bicarakan lebih jauh merupakan sebuah ilustrasi mengenai Gangguan Pemusatan Perhatian atau Attention Deficit/ Hiperactivity (ADHD –red).

Apa itu ADHD?

ADHD adalah sebuah gangguan dengan karakteristik adanya gejala kurang perhatian yang diikuti dengan hiperaktivitas maupun tidak (Monastra, 2005). Seperti yang dijelaskan oleh Wenar (1994) dalam bukunya Developmental Psychopatology, terdapat karakteristik utama dari ADHD, antara lain;

Kurang perhatian : Anak-anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian atau ADHD mengalami kesulitan untuk menaruh perhatian secara terus menerus dalam menyelesaikan tugas atau dalam aktivitas bermain. Seperti yang terjadi pada Rida, ia keluitan menaruh perhatian pada aktivitasnya bahkan ketika ia bermain. Kurang perhatian sering kali berkaitan dengan rendahnya performansi sekolah karena anak membutuhkan waktu untuk berkonsentrasi dan menyerap informasi sebaik menaruh perhatian yang cukup panjang untuk melangkapi tugas tanpa adanya gangguan. Kondisi dimana anak mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugasnya membuat mereka menjadi frustrasi dan tertekan.

Impulsif: dalam arti khususnya adalah bertindak tanpa ada pertimbangan tertentu. Ketika dihadapkan pada tugas yang kompleks, misalnya ketika tiba-tiba dalam pikiran mereka teradapat sebuah ide atau solusi tertentu, mereka tidak melakukan pertimbangan apapun apakah ide/ pemikiran/ perilaku mereka baik atau pun yang pantas. Mereka mengatakan sesuatu tanpa dipikirkan sehingga kadang kala memberikan jawaban yang tidak benar saat di kelas atau mereka mengalami kesulitan ambil bagian dalam sebuah permainan. Hal ini terjadi karena mereka mengalami kesulitan untuk mengatur reaksi diri terhadap rangsangan dari luar. Sangat sulit sekali jika kita melarang mereka untuk berhenti dari impulsivitasnya karena anak-anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk berhenti melihat, mendengar bahkan berpikir.

Hiperaktif: terdapat berbagai dasar yaitu anak-anak dengan ADHD lebih aktif dari pada anak-anak normal dalam waktu 24 jam bahkan saat tidur sekalipun. Mereka menunjukkan kegelisahan yang sangat besar dalam berbagai tugas sehingga mereka memperlihatkan gerakan-gerakan yang tidak relevan, tidak bertahan di tempat duduk mereka, bahkan selalu tidak bisa duduk dengan tenang seperti anak yang lainnya.

Apa saja gejala ADHD?

Menurut America Psychiatric Asociation pada tahun 2000 dalam Kearney (2006), gejala ADHD meliputi;

  • Kurang perhatian
  • Tidak dapat mengikuti instruksi dnegan baik
  • Menghindari tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang terus-menerus
  • Kehilangan barang
  • Mudah terganggu
  • Pelupa
  • Gelisah
  • Berpindah tempat duduk
  • Berlari-lari atau memanjat sesuatu
  • Berbicara yang berlebihan
  • Kesulitan jika harus menunggu
  • Sering menyela orang lain

Gejala ADHD biasanya terditeksi dibawah usia 7 tahaun dan perlu diketahui bersama bahwa gangguan ini tidak hilang dimakan usia. Artinya, bahwa hambatan ini akan dialami oleh seseorang sepanjang hidupnya.

Ketika mengetahui bahwa anak kita mengalami ADHD, dukungan dari keluarga adalah yang terpenting. Kondisi ini kadang kala membuat anak menjadi frustrasi karena karena kadang kala mereka sendiri tidak tahu apa sebenarnya terjadi. Banyak orang tua yang lari dari fakta bahwa anak mereka mengalami ADHD. Tapi tidak ada yang bisa disembunyikan karena perilaku yang sangat kentara. Misalnya dengan perilaku yang tidak relevan sepeti naik meja, tidak duduk dengan tenang sering kali muncul komentar dari orang lain “Kenapa orang tuanya tidak mengajari anak itu cara berperilaku yang baik?”.

Kadang kala mereka mendapat sebutan seperti anak nakal, troublemaker atau berbagai sebutan yang sangat merusak konsep diri. Hal yang berat bagi orang tua ketika harus berbagi dengan orang lain bahwa anak mereka mengalami ADHD, namun dengan berbagi informasi dengan orang lain terutama orang terdekat dalam hidup si anak, misalnya saudara kandung, guru atau anggota keluarga lainnya. Anak akan mendapatkan dukungan yang jauh lebih besar dan ini yang membantu mereka berkembang lebih baik.

Sumber:

Wenar, Charles. 1994. Developmental Psychopatology Third Edition. Mc Graw-Hill, Inc. United State of America.

Kerney, Christhoper A. 2006. Casebook in Child Behavior Disorder: Third Edition. Thomsom. Canada.

Monastra, Vincent J. 2004. Parenting Children with ADHD. American Psychological Association. Washington DC.

h1

BULLYING: KEKERASAN TEMAN SEBAYA DIBALIK PILAR SEKOLAH

11/05/2010

Waspada bagi Orang tua dan Guru

Suatu hari ketika hendak berangkat sekolah, Rinto mengeluh sakit kepala, mual, dan sakit perut. Ia menolak untuk masuk sekolah karena sakit. Pada saat Rinto dibawa ke dokter, dokter tidak menemukan gejala penyakit dan setelah beberapa jam di rumah Rinto tampak baik-baik saja, seperti tidak sakit sedikitpun. Apakah Rinto berbohong untuk tidak masuk sekolah?

Peristiwa yang dialami Rinto adalah sebuah gejala yang harus diwaspadai oleh kita bersama. Apalagi jika terjadi ketika hendak masuk sekolah dan terjadi berulang-ulang kali. Tanda ini akan semakin jelas jika ada perubahan yang sangat signifikan pada anak, misalnya pada awalnya ia sangat menyukai sekolah tetapi kemudian ia sangat tidak ingin ke sekolah. Ada sesuatu di sekolah yang menjadi momok yang menakutkan bagi anak dan ini perlu digali lebih jauh. Salah satu penyebab yang biasanya terjadi adalah adanya kekerasan antar sesama teman atau yang biasa dikenal dengan istilah bullying.

Fenomena kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya di Indonesia semakin lama semakin banyak bermunculan. Mulai dari peristiwa IPDN (Institut Pemerintahan dalam Negeri) dengan klimks kejadian meninggalnya Praja Clifft Muntu akibat dianiaya oleh seniornya di lingkungan kampus, kasus seorang siswi SLTP di Bekasi yang gantung diri karena tidak kuat menerima ejekan teman-temannya sebagai anak tukang bubur. Bahkan yang terbaru adalah peristiwa STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) yang juga memakan korban, Agung Bastian Gultom yang meninggal dunia akibat dianiaya oleh seniornya. Atau bahkan Genk Nero dari Pati yang terdiri dari kumpulan anak-anak perempuan yang melakukan kekerasan terhadap teman sebayanya. Ini adalah sekelumit peristiwa bullying yang berada di lingkungan akademisi yang harus bersama-sama kita waspadai.

Bullying merupakan permasalahan yang sudah mendunia, tidak hanya menjadi permasalahan di Indonesia saja tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang. Dari data National Mental Health and Education Center tahun 2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial antara 15% dan 30% siswa adalah pelaku bullying dan korban bullying.

Kita sering melihat aksi anak-anak mengejek, mengolok-olok atau mendorong teman yang lainnya. Perilaku tersebut sampai saat ini dianggap hal yang sangat biasa, hanya sebatas bentuk relasi sosial antar anak saja padahal hal tersebut sudah pada bentuk perilaku bullying. Namun, kita sangat tidak menyadari konsekuensi yang terjadi jika anak mengalami bullying. Oleh sebab itu berbagai pihak harus bisa memahami apa dan bagaimana bullying itu sehingga dapat secara komprehensif melakukan pencegahan pada akibat yang tidak diinginkan.

Bullying;

Bullying adalah pengalaman yang biasa dialami oleh banyak anak-anak dan remaja di sekolah. Perilaku bullying dapat berupa ancaman fisik atau verbal. Bullying adalah terdiri dari perilaku langsung seperti mengejek, mengancam, mencela, memukul, dan merampas yang dilakukan oleh satu atau lebih siswa kepada korban atau anak yang lain. Selain itu bullying juga dapat berupa perilaku tidak langsung misalnya, dengan mengisolasi atau dengan sengaja menjauhkan seseorang yang dianggap berbeda. Baik bullying langsung maupun tidak langsung pada dasarnya bullying adalah bentuk intimidasi fisik ataupun psikologis yang terjadi berkali-kali dan secara terus menerus membentuk pola kekerasan.

Bentuk-bentuk bullying, antara lain;

  1. Bullying secara fisik: menarik rambut, meninju, memukul, mendorong, menusuk.
  2. Bullying secara emosional: menolak, meneror, mengisolasi atau menjauhkan, menekan, memeras, memfitnah, menghina, dan adanya diskriminasi berdasarkan ras, ketidakmampuan, dan etnik.
  3. Bullying secara verbal: memberikan nama panggilan, mengejek, dan menggosip.
  4. Bullying secara seksual: ekshibisionisme, berbuat cabul, dan adanya pelecehan seksual.

Mengapa beberapa anak dan remaja bisa menjadi pelaku bullying?

Bully atau pelaku bullying adalah seseorang yang secara langsung melakukan agresi baik fisik, verbal atau psikologis kepada orang lain dengan tujuan untuk menunjukkan kekuatan atau mendemonstrasikan pada orang lain.  Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya bullying. Faktor penyebab antara lain:

  • Faktor keluarga : Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan lebih dulu meyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang mengancam.
  • Faktor sekolah : Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
  • Faktor kelompok sebaya: Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Bagaimana dengan mereka korban bullying?

Korban bullying atau victim adalah seseorang yang berulangkali mendapatkan perlakuan agresi dari kelompok sebaya baik dalam bentuk serangan fisik, atau serangan verbal, atau bahkan kekerasan psikologis. Biasanya mereka yang menjadi korban bullying pada kelompok laki-laki adalah mereka yang lemah secara fisik dibandingkan dengan kelompok sebayanya. Mereka yang menjadi korban bullying, menurut penelitian adalah kebanyakan dari keluarga atau sekolah yang overprotective sehingga si anak/siswa tidak dapat mengembangkan secara maksimal kemampuan untuk memecahkan masalah (coping skill). Menurut Ron Banks dalam artikelnya Bullying In School pada tahun 1997, mengungkapkan bahwa siswa sebagai korban bullying sering menunjukkan beberapa gejala misalnya cemas, merasa selalu tidak aman, sangat berhati-hati, dan mereka menunjukkan harga diri yang rendah (low self-estem). Mereka juga memiliki interaksi sosial yang rendah dengan teman-temannya, kadangkala mereka termasuk anak yang diisolasi oleh teman sebayanya.

Apa yang terjadi dibalik bullying?

Konsekuensi adalah sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana dan apa yang bisa terjadi dibalik perilaku bullying ini. Pada artikel Ron Banks pada tahun 1997 dipaparkan sebuah penelitian di Scandinavian bahwa ada kolesi yang kuat antara bullying yang dilakukan oleh siswa selama beberapa tahun sekolah dimana mereka kemudian menjadi pelaku kriminal saat dewasa. Ini adalah sebuah penelitan yang memberikan gambaran bagaimana bullying bisa membentuk sebuah kepribadian yang menempatkan seorang anak pada perjalanan dan pengalaman hidup yang kelam.

Sedangkan mereka sebagai korban bullying sering mengalami ketakutan untuk sekolah dan menjadi tidak percaya diri, merasa tidak nyaman, dan tidak bahagia. Aksi bullying menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya karena teman sebaya korban bullying tidak mau akhirnya mereka menjadi target bullying karena mereka berteman dengan korban.

Apa yang perlu dilakukan?

Bullying sudah menjadi masalah global yang kemudian tidak bisa kita abaikan lagi. Banyak hal yang harus bisa kita lakukan untuk meyelamatkan perkembangan psikologis anak-anak dan remaja kita. Kekerasan sejak dini bukan merupakan bagian dari perkembangan psikologis mereka, oleh sebab itu banyak elemen harus ikut terlibat, baik orang tua, pihak sekolah, bahkan pemerintah. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:

  • Orang tua membiasakan diri memberikan feedback positif bagi anak sehingga mereka belajar untuk berperilaku sosial yang baik dan mereka mendapatkan model interaksi yang tepat bukan seperti perilaku bullying dan agresi. Kemudian, menggunakan alternatif hukuman bagi anak dengan tidak melibatkan kekerasan fisik maupun psikologis. Selain itu, orang tua mau menjalin relasi dengan sekolah untuk berkonsultasi jika anaknya baik sebagai pelaku bullying ataupun korban.
  • Pihak sekolah menciptakan lingkungan yang positif misalnya dengan adanya praktik pendisiplinan yang tidak menggunakan kekerasan. Selain itu juga, meningkatkan kesadaran pihak sekolah untuk tidak mengabaikan keberadaan bullying. Bullying harus dihentikan!